Single Kedua Ninety Horsepower, Gusar: Bukan Tentang Kekalahan, Tapi Keberanian untuk Menerima dan Terus Melangkah
Ninety Horsepower kembali dengan single kedua mereka, "Gusar," yang rilis melalui Burakku pada 3 November 2025. Berbeda dari narasi umum tentang perjuangan, lagu ini justru mengajak pendengar untuk memahami makna baru dari "berserah", bukan sebagai kekalahan, tetapi sebagai bentuk keberanian untuk terus melangkah ketika segala hal dalam dirimu ingin berhenti.
“Masyarakat modern seringkali meromantisasi perjuangan tanpa akhir," tutur Bayu Fajri, penulis lagu. "Dalam 'Gusar', kami justru ingin berbicara tentang kedamaian yang datang ketika kita berhenti melawan hal-hal yang memang berada di luar kendali kita."
Lagu ini tercipta dari pengalaman personal Bayu yang merasakan kebutuhan akan suara penenang di tengah tekanan hidup. "Aku menulis 'Gusar' seolah ada versi lain dari diriku yang memberi nasihat di saat-saat tidak pasti," katanya.
Vokalis Gina berbagi pengalaman pribadinya: “Di saat-saat paling melelahkan, justru hal-hal sederhana seperti segelas kopi susu bisa memberikan ketenangan. Itu mengingatkanku bahwa kita tidak perlu selalu mencari solusi besar, terkadang kekuatan untuk terus melangkah datang dari hal-hal kecil di sekitar kita.”
Lirik seperti “Tak perlu hidup berlari untuk mengejar / Hal yang tertambat pilihan jalan yang sukar,” menjadi semacam mantra penenang di era yang serba cepat. "Frasa 'takdir tak akan tertukar' dalam lagu ini bukan tentang pasrah, tapi memahami batasan yang tak bisa kita ubah," jelas Bayu. Dan di tengah semua beban filosofis ini, Ninety Horsepower mengingatkan kita pada penyelamat sederhana: hal-hal kecil di sekitar.
Inilah inti dari “Gusar.” Sebuah pengakuan bahwa di ujung jalan, kita menemukan rasa syukur. “Gusar ini adalah titik awal bahwa ada konsep bersyukur yang perlu diselami lebih dalam.” tambah Bayu. Gina menyempurnakan: “Gratitude versiku adalah keberanian untuk memutuskan. Aku justru bersyukur masih dikasih kesempatan untuk memilih hal yang paling baik buat diriku. Dengan melihat hal sederhana di sekitarku, aku mampu untuk tetap menjadi diri sendiri dan tidak terlalu ngotot menjadi yang orang mau.”
Dalam konteks masyarakat modern yang kerap terjebak dalam budaya hustle, "Gusar" hadir sebagai penyeimbang. Bukan memberi jawaban, tapi menjadi teman yang memahami bahwa boleh saja berhenti berlari sesekali. Karena dengan menerima dan bersyukur, kita justru menemukan makna baru untuk melangkah.
